Tak Ada DPC PDIP Usulkan Giri Prasta Jadi Calon Gubernur Bali. Ada Apa?
Dinamika politik menjelang Pilkada Gubernur Bali 2024, sangat dinamis. Di parpol-parpol Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus telah mengemuka usulan diusungnya pasangan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Made Muliawan Arya (De Gadjah) sebagai cagub-cawagub.
Di internal PDI Perjuangan, partai yang berhak mengusung sendiri pasangan cagub-cawagub, terasa ada denyut persaingan antara I Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta untuk mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Terutama dengan pergerakan Giri Prasta (GP) – walaupun diklaim dilakukan warga dan bukan dilakukan atas perintahnya – memasang baliho bertebaran di seluruh pelosok Pulau Dewata.
Yang justru menarik dan nyaris luput dari perhatian masyarakat, di tengah kesan dan wacana akan bersaingnya Giri Prasta melawan Koster, tak bersambut di internal struktur partainya. Konsolidasi PDIP yang digelar di kabupaten/kota se-Bali, April 2024, tak ada yang mengusulkan Giri Prasta sebagai calon gubernur. Koster menjadi satu-satunya cagub. Giri Prasta hanya diusulkan sebagai calon wagubnya Koster. Selain juga ada usulan nama cawagub Tjokorda Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) yang mendampingi Koster.
Berdasarkan catatan, PDIP Kota Denpasar, Bangli, Karangasem, Tabanan, dan Jembrana mengusulkan Koster-Ace dan Koster-Giri. PDIP Gianyar, Klungkung, dan Buleleng mengusung hanya Koster-Ace. Hanya PDIP Badung yang mengusulkan Koster-Giri. Di Badung, di mana Giri Prasta notabene Ketua DPC PDIP sekaligus Bupati Badung, malah mencalonkan Giri Prasta sebagai cawagub mendampingi Koster, bukan sebagai calon gubernur. Ada apa?
Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Dr.Drs.I Nyoman Subanda, M.Si. yang diminta pandangannya di Denpasar, Selasa (11/6/2024), menilai tidak munculnya nama Giri Prasta sebagai cagub, tak lepas kemungkinan dari sinyal-sinyal dari DPP PDIP yang kemungkinan akan memberikan rekomendasi kepada Koster. Sinyal itulah yang diprakondisikan oleh kubu Koster dan ditangkap sebagai pengkondisian untuk munculnya usulan dari masing-masing PAC hingga DPC PDIP di Bali.
“Pak Giri Prasta semula menganggap pergerakannya ke seluruh Bali dalam kapasitas sebagai Bupati Badung yang bares, membagikan hibah, akan direspons cabang-cabang PDIP untuk mengusulkan dan mengusungnya sebagai calon gubernur. Ternyata tidak,” kata Subanda. Giri Prasta dan timnya seperti bergerak sendiri tanpa didukung secara solid oleh struktur PAC dan DPC PDIP.
Menurut mantan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Undiknas itu, sebagian besar cabang PDIP justru memasang Koster yang dipasangkan dengan Cok Ace. Dalam perkembangannya baru muncul di sejumlah cabang yang memunculkan Giri Prasta sebagai alternatif cawagubnya Koster.
“Bisa jadi karena sinyal hanya menjadi cawagub alternatif, Giri Prasta terus bergerak untuk membangun personal branding, sekaligus bargaining position dengan DPP PDIP,” kata Subanda yang kini Wakil Rektor Undiknas. “Dalam konteks ini, wajar jika kemudian Giri Prasta menyerahkan sepenuhnya keputusan pada Ketum PDIP Ibu Megawati Soekarnoputri,” tandasnya.
Dalam pengamatannya, Subanda secara obyektif menilai, posisi Koster lebih diuntungkan dalam kapasitasnya sebagai Ketua DPD PDIP Bali dan mantan gubernur. Pihaknya mengaku mendapat informasi dari sumber yang notabene “orang dalam” bahwa rekomendasi Ketum PDIP hampir dipastikan akan turun untuk Koster. Gubernur Bali 2018-2023 itu, versi DPP PDIP, diharapkan bisa melanjutkan beberapa program yang sudah dicanangkan saat menjabat sebagai gubernur, seperti infrastruktur.
Koster juga menjadi “anak manis” yang begitu taat ketika diminta menolak kehadiran dan keterlibatan tim Israel dalam Piala Dunia U-20. “Itu salah satu hutang budi Ketum PDIP kepada Pak Koster yang dipandang juga tak punya dosa atau kesalahan lain,” kata Subanda. Koster, tambahnya, lebih memiliki prestasi dan konsep yang jelas dalam pembangunan Bali, selain berpengalaman secara nasional dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR-RI.
Bahkan sumber itu menyebut, jika diberikan memilih, Koster akan merasa lebih nyaman jika diduetkan dengan Cok Ace karena alasan keselarasan dan keharmonisan selama bersama-sama lima tahun dan alasan lain seperti representasi figur Utara-Selatan, politisi-akademisi, dan lain-lain.
Akankah ada peluang Giri Prasta menjadi calon gubernur? Subanda melihat peluang itu ada. Selain Giri Prasta harus berjuang habis-habisan meyakinkan induk partainya (baca: Ketum PDIP), tak tertutup kemungkinan Giri Prasta dipinang partai politik atau koalisi parpol non-PDIP untuk diusung sebagai calon gubernur.