Ini Strategi Undiknas Lahirkan SDM Tangguh di Tengah ‘Badai’ Covid-19
Rektor Undiknas, Prof. Dr. Nyoman Sri Subawa mengakui, jauh sebelum pandemi Covid-19 sudah memiliki roadmap (peta jalan) dalam optimalisasi mutu SDM.
Roadmap itu dijabarkan menjadi lima partisi, meliputi riset di tahun 2020, kewirausahaan pada tahun 2021, tahun digitalisasi 2022, internasionalisasi tahun 2023, dan akreditasi internasional di tahun 2024.
Semua itu kata Sri Subawa, menjadi jawaban atas pertanyaan publik terkait mutu lulusan Perguruan Tinggi.
Terlebih, stigma pengangguran intelektual hingga kini masih disandangkan kepada para jebolan Perguruan Tinggi.
“Dengan proses pembelajaran merdeka belajar kampus merdeka, tantangan tadi yang disampaikan bahwa lulusan akan membebani negara dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Ini sudah menjadi kajian oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang sesungguhnya merdeka belajar kampus merdeka itu sudah kami terapkan,” katanya kepada wartawan di ruang kerjanya, Sabtu (29/5/2021).
“Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Merdeka Belajar Kampus Merdeka, atau tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang dicanangkan oleh Mas Menteri (Nadiem Anwar Makarim), sesungguhnya sudah kami lakukan dengan berbagai kegiatan sejak tahun 2019,” imbuhnya.
Tak hanya fokus pada keterserapan lulusan di dunia usaha dan dunia industri, pihaknya juga menitikberatkan pentingnya generasi milenial berwirausaha.
Hal itu menurut Sri Subawa telah diejawantahkan dalam berbagai program intra kampus.
“Idle timenya kami hanya enam bulan. Setahun lulus, enam bulan sudah. Bahkan ada yang baru lulus pun sudah bekerja. Capaian kami di tahun ini, tahun entrepreneurship, kami juga ingin menciptakan luaran-luaran berupa wirausahawan-wirausahawan mandiri. Saya ingin membantu upaya pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan,” bebernya.
“Kami sudah memberikan hibah kepada mahasiswa-mahasiswa yang mengambil merdeka belajar kampus merdeka di bidang enrepreneurship. Kami berikan dana mereka untuk berusaha dan didampingi oleh mentor dari praktisi yang paham betul tentang bisnis dan seorang dosen pembimbing sebagai bagian dari proses pembelajaran akademik,” lanjutnya.
Seluruh program kewirausahaan ini diklaim mampu melambungkan minat mahasiswa untuk berdikari.
Bahkan 50% lebih dari 7.000 student body Undiknas disebut telah menapaki sektor usaha secara mandiri.
“Kami telah melahirkan banyak tenant dan startup baru,” sebutnya.
Secara komposisi, Undiknas tiap tahunnya melahirkan 60% wirausahawan, dan 40% pekerja profesional serta berkualifikasi dari luaran ketika wisuda.
“Hampir 60 persen lulusan itu berwirausaha. Mayoritas mereka berkecimpung di produksi rumahan, seperti pernik-pernik, kerajinan tangan, ada yang berbasis teknologi, dan kuliner,” ucapnya.
Sri Subawa yakin, seluruh program itu menjadi bargaining position Undiknas dalam bersaing dengan Perguruan Tinggi lain di Bali ataupun secara nasional.
Ia pun optimis, hal tersebut dapat menarik animo masyarakat yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Disinggung hal itu, Guru Besar bidang ilmu manajemen ini mengaku tak terlalu muluk untuk target penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2021/2022.
Berkaca dari tahun lalu, Undiknas mematok setidaknya menerima 2.000 mahasiswa baru pada tahun 2021.
“Sebetulnya kami tidak bisa menargetkan seperti itu. Kenapa? Kami kan punya rasio mahasiswa dan dosen. Rasio itu yang membatasi jumlah mahasiswa,” jelasnya.
“Misalnya program studi A, jumlah dosen sekian. Kami hanya boleh menerima sekian orang, rasionya adalah satu banding 45. Kalau jumlah dosen kami sepuluh di satu program studi, maka maksimum di satu program studi itu adalah 45 kali 10 atau 450 maksimum. Jadi kita lihat dulu, tidak boleh melebihi dari kapasitas,” imbuhnya.
Sri Subawa menjelaskan, Undiknas saat ini memiliki 75 dosen.
Para dosen tersebar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, serta Fakultas Teknik dan Informatika.
Sedangkan Undiknas memiliki setidaknya sembilan program studi, dan tiga program pasca sarjana.
Kesembilan program studi itu meliputi manajemen, akuntasi, ilmu hukum, ilmu komunikasi, ilmu administrasi negara, teknik sipil, teknik elektro, teknologi informasi, dan program profesi insinyur.
Sementara di program pasca sarjana yaitu magister manajemen, magister administrasi publik, dan magister ilmu hukum.
“Sejauh ini yang masih menjadi primadona adalah manajemen dan IT. Kalau program studi manajemen memang menjadi unggulan kita selama ini. Sedangkan IT, memang saat ini kebanyakan generasi muda sudah paham betul, kalau keilmuan di bidang IT sedang banyak dicari, peluangnya bekerjanya tinggi,” pungkasnya.