
Money Dysmorphia: Fenomena yang Banyak Dirasakan Gen Z Saat Ini
Di era media sosial yang penuh dengan gaya hidup glamor dan pencapaian finansial, banyak anak muda—khususnya Generasi Z—mulai mengalami fenomena psikologis yang disebut money dysmorphia. Istilah ini menggambarkan kondisi ketika seseorang merasa tidak pernah cukup secara finansial, meskipun secara objektif sebenarnya berada dalam kondisi yang baik.
Apa Itu Money Dysmorphia?
Money dysmorphia diibaratkan seperti body dysmorphia, tapi fokusnya pada keuangan. Orang yang mengalaminya sering merasa miskin, tertinggal, atau tidak berhasil dalam hal finansial, padahal kenyataannya mereka bisa saja sudah berada di posisi yang relatif aman.
Fenomena ini bukan hanya soal uang, melainkan juga menyangkut cara kita memandang diri sendiri melalui kacamata finansial.
Mengapa Gen Z Rentan Mengalaminya?
Beberapa faktor yang membuat generasi muda, terutama Gen Z, rentan terhadap money dysmorphia antara lain:
- Pengaruh media sosial: Melihat orang lain pamer pencapaian, liburan mewah, atau barang mahal membuat standar hidup terasa lebih tinggi.
- Krisis ekonomi global: Harga kebutuhan pokok naik, lapangan kerja penuh persaingan, dan biaya hidup semakin tinggi.
- Tekanan untuk sukses cepat: Banyak Gen Z merasa gagal jika belum memiliki aset, investasi, atau penghasilan besar di usia muda.
- Perbandingan sosial: Kebiasaan membandingkan diri dengan teman sebaya atau influencer memperkuat rasa “kurang”.
Tanda-Tanda Mengalami Money Dysmorphia
- Selalu merasa tidak punya cukup uang, meski tabungan dan penghasilan stabil.
- Cemas berlebihan tentang masa depan finansial.
- Terus-menerus membandingkan diri dengan pencapaian orang lain.
- Sulit menikmati hasil kerja karena merasa masih belum seberapa.
- Mengukur nilai diri hanya dari kondisi keuangan.
Dampak yang Bisa Ditimbulkan
Money dysmorphia bisa berujung pada stres kronis, kurangnya rasa syukur, hingga keputusan keuangan yang tidak sehat—misalnya bekerja berlebihan, berhutang demi gaya hidup, atau justru menunda hal penting karena takut uang habis.
Cara Mengatasi Money Dysmorphia
- Sadari realita finansial pribadi, bukan standar orang lain.
- Buat tujuan keuangan realistis sesuai kondisi diri.
- Kurangi paparan media sosial yang memicu perbandingan berlebihan.
- Belajar manajemen keuangan agar lebih percaya diri dalam mengelola uang.
- Praktikkan rasa syukur atas apa yang sudah dimiliki.
Money dysmorphia mencerminkan tantangan mental dan emosional yang dihadapi banyak Gen Z di tengah tekanan sosial dan ekonomi. Menyadari bahwa “cukup” setiap orang berbeda adalah kunci untuk keluar dari jebakan ini. Alih-alih terus membandingkan, lebih baik fokus pada progres diri sendiri dan mengelola keuangan dengan bijak.