Pilkada di Era COVID-19: Pembelajaran Penting bagi Dunia Pendidikan dan Demokrasi
Denpasar – Dalam era pandemi COVID-19, dunia pendidikan dan demokrasi di Indonesia mengalami tantangan yang luar biasa. Salah satu momen penting yang menjadi perhatian adalah Pilkada 2020. Dr. Drs. I Nyoman Subanda, M.Si, pengamat politik dan dosen di Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, menguraikan dengan mendalam bagaimana pandemi dan pilkada ternyata memiliki keterkaitan yang signifikan dan relevansi besar terhadap pembelajaran bagi masyarakat, khususnya di dunia pendidikan.
Dalam sebuah tulisannya di media, Dr. Subanda menekankan bahwa di tahun 2020, Pilkada dan COVID-19 menjadi dua fenomena yang tidak bisa dipisahkan. Presiden Joko Widodo bahkan menyatakan bahwa kualitas calon kepala daerah dapat diukur dari cara dan komitmen mereka dalam menangani pandemi COVID-19. Ini menunjukkan bahwa pemimpin yang akan dipilih harus memiliki kemampuan dan kepedulian yang tinggi dalam menghadapi situasi krisis seperti pandemi.
Dr. Subanda menjelaskan beberapa tujuan penting Pilkada, yang di antaranya adalah mencari pemimpin daerah yang mampu merealisasikan program kesejahteraan masyarakat, serta melayani dan memberdayakan masyarakat. Selain itu, Pilkada juga dianggap sebagai proses pembelajaran bagi semua pihak. Masyarakat dapat belajar menyeleksi calon pemimpin, berpartisipasi dalam demokrasi, sementara penyelenggara dapat belajar menjadi profesional dan independen.
Dalam konteks pendidikan, pelajaran yang diambil dari Pilkada dapat diterapkan dalam kurikulum pendidikan tinggi. Misalnya, melalui mata kuliah yang mengajarkan tentang demokrasi, partisipasi politik, dan pengembangan kepemimpinan. Ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada mahasiswa tentang pentingnya proses demokrasi dan partisipasi aktif dalam menentukan masa depan bangsa.
Pandemi COVID-19, menurut Dr. Subanda, telah memberikan lima pelajaran penting bagi masyarakat dan dunia pendidikan:
- Budaya Hidup Sehat: Pandemi mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan. Ini menjadi pelajaran berharga yang dapat diintegrasikan dalam program pendidikan kesehatan di sekolah dan universitas.
- Kerapuhan Ekonomi: Pandemi menyoroti betapa rapuhnya ekonomi global dan nasional. Hal ini dapat mendorong institusi pendidikan untuk lebih fokus pada pengajaran tentang ketahanan ekonomi dan strategi menghadapi krisis.
- Rindu Interaksi Sosial: Pandemi membuat kita menyadari pentingnya interaksi sosial. Pendidikan harus mengadaptasi metode pembelajaran yang memperkuat keterlibatan sosial dan kolaborasi antar siswa dan mahasiswa.
- Kepedulian Sosial: Pandemi menekankan pentingnya solidaritas dan kepedulian sosial. Ini dapat mendorong program-program sosial di lingkungan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran dan aksi sosial di kalangan siswa dan mahasiswa.
- Kualitas Kepemimpinan: Pandemi menjadi alat ukur untuk menilai kualitas pemimpin. Institusi pendidikan dapat menggunakan situasi ini untuk mengajarkan pentingnya kepemimpinan yang responsif dan bertanggung jawab.
Dari pandangan yang diberikan, jelas bahwa Pilkada dan pandemi COVID-19 memberikan banyak pelajaran yang relevan bagi pendidikan tinggi. Misalnya, universitas dapat mengembangkan kurikulum yang mengajarkan tentang manajemen krisis, kebijakan publik, dan etika kepemimpinan. Selain itu, program studi yang berfokus pada ilmu politik dan sosial dapat memanfaatkan situasi ini sebagai studi kasus nyata untuk pembelajaran.
Pilkada di era COVID-19 bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang pembelajaran bagi masyarakat, terutama dalam konteks pendidikan. Seperti yang disampaikan oleh Dr. Drs. I Nyoman Subanda, M.Si, pandemi dan Pilkada memberikan banyak pelajaran berharga yang dapat memperkaya kurikulum pendidikan tinggi dan memperkuat proses demokrasi di Indonesia. Dalam tahun 2024 ini, refleksi dari pengalaman masa lalu ini menjadi semakin relevan dan penting untuk membentuk generasi pemimpin masa depan yang lebih tangguh dan responsif terhadap krisis.