Doom Spending: Perilaku Belanja Impulsif Akibat Stres
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, stres telah menjadi teman akrab bagi banyak orang. Salah satu respons menarik terhadap tekanan ini adalah fenomena yang dikenal sebagai doom spending. Istilah ini mengacu pada perilaku belanja impulsif yang dipicu oleh stres atau tekanan emosional, sering kali menghasilkan pembelian yang tidak diperlukan atau melebihi kemampuan finansial seseorang. Meskipun dapat memberikan kelegaan sementara, perilaku ini dapat berdampak buruk secara finansial dan emosional dalam jangka panjang.
Doom spending sering dikaitkan dengan sistem penghargaan di otak. Saat seseorang berbelanja, otak mereka melepaskan dopamin, senyawa kimia yang berhubungan dengan rasa senang dan kepuasan. Bagi individu yang mengalami stres, lonjakan dopamin ini memberikan pelarian sementara dari emosi negatif.
Faktor lain adalah normalisasi retail therapy dalam budaya kita. Masyarakat sering menggambarkan belanja sebagai cara yang tidak berbahaya untuk meningkatkan suasana hati, sehingga memudahkan orang untuk membenarkan pembelian impulsif mereka. Namun, ketika stres terus berlangsung, kebiasaan ini dapat berubah menjadi siklus stres-belanja-rasa bersalah yang semakin memperburuk keadaan.
Pemicu Umum Doom Spending
- Stres di Tempat Kerja: Tenggat waktu, ketidakpastian pekerjaan, atau konflik di tempat kerja sering mendorong individu mencari pelarian melalui belanja.
- Tekanan Finansial: Ironisnya, ketidakstabilan keuangan juga dapat menyebabkan perilaku belanja impulsif sebagai cara untuk sementara “melupakan” masalah keuangan.
- Pengaruh Media Sosial: Paparan terus-menerus terhadap gaya hidup yang dikurasi dan iklan tertarget di media sosial dapat menciptakan kebutuhan palsu yang mendorong pembelian impulsif.
- Stres Emosional: Putus cinta, konflik keluarga, atau rasa kesepian sering memicu perilaku belanja sebagai mekanisme pengalihan.
Meskipun memberikan pelarian jangka pendek, doom spending sering kali menyebabkan:
- Tekanan Finansial: Hutang yang menumpuk dan tabungan yang terkuras adalah hasil yang umum.
- Rasa Bersalah Emosional: Penyesalan atas pembelian yang tidak diperlukan dapat memperburuk stres dan menciptakan persepsi diri yang negatif.
- Tertundanya Tujuan Jangka Panjang: Pengeluaran berlebihan dapat menunda pencapaian tujuan besar, seperti membeli rumah atau menabung untuk pensiun.
Cara Mengatasi Kebiasaan Doom Spending
- Identifikasi Pemicu: Memahami apa yang memicu dorongan untuk berbelanja dapat membantu mengelola perilaku tersebut.
- Berlatih Belanja Secara Sadar: Sebelum membeli sesuatu, luangkan waktu untuk mengevaluasi kebutuhan dan dampaknya pada keuangan Anda.
- Cari Aktivitas yang Sehat: Lakukan kegiatan yang dapat meredakan stres, seperti olahraga, meditasi, atau hobi kreatif.
- Tetapkan Batasan Finansial: Buat anggaran dan alokasikan jumlah tertentu untuk pengeluaran hiburan guna membatasi pembelian impulsif.
- Cari Dukungan: Bicaralah dengan teman, keluarga, atau konselor tentang stres dan kebiasaan belanja Anda untuk menemukan mekanisme pengalihan yang lebih sehat.
Doom spending adalah respons umum yang sering tidak disadari terhadap stres. Meskipun memberikan kelegaan sesaat, dampaknya dapat merugikan kesejahteraan finansial dan emosional seseorang dalam jangka panjang. Mengenali dan mengatasi perilaku ini sangat penting untuk memutus siklus tersebut dan menemukan cara yang lebih sehat untuk menghadapi stres. Alih-alih mengandalkan keranjang belanja, pertimbangkan strategi yang dapat memberikan kebahagiaan dan stabilitas yang lebih tahan lama.