
4 Jenis Stress Language: Cara Orang Menunjukkan Stres Tanpa Disadari
Setiap orang punya cara berbeda dalam mengekspresikan stres. Menariknya, stres sering kali tidak langsung terlihat dari emosi, tetapi muncul lewat bahasa—baik dari kata-kata, nada bicara, maupun respons terhadap situasi tertentu. Inilah yang dikenal sebagai stress language. Secara umum, ada empat jenis stress language yang paling sering muncul dalam kehidupan sehari-hari.
- Fight (Melawan)
Orang dengan stress language fight cenderung menjadi lebih defensif dan konfrontatif saat tertekan. Bahasa yang digunakan biasanya tegas, keras, dan terkadang menyalahkan orang lain. Kalimat seperti “Ini salah kamu!” atau “Kenapa sih nggak pernah benar?” sering muncul. Mereka sebenarnya bukan marah tanpa alasan, melainkan sedang berusaha melindungi diri dari tekanan yang dirasakan. - Flight (Menghindar)
Tipe flight menunjukkan stres dengan cara menghindar. Mereka bisa menjadi lebih pendiam, sulit dihubungi, atau sering menunda pekerjaan. Bahasa yang muncul biasanya singkat dan datar, seperti “Nanti saja” atau “Aku nggak tahu.” Orang dengan stress language ini cenderung butuh ruang dan waktu sendiri untuk menenangkan diri. - Freeze (Diam dan Buntu)
Stress language freeze ditandai dengan kebingungan dan ketidakmampuan untuk mengambil keputusan. Saat stres, mereka bisa tampak diam, blank, atau lambat merespons. Kalimat seperti “Aku bingung” atau “Aku nggak bisa mikir sekarang” sering terucap. Bukan karena tidak peduli, tapi karena pikiran sedang penuh dan kewalahan. - Fawn (Menyenangkan Orang Lain)
Tipe fawn mengekspresikan stres dengan cara berusaha menyenangkan semua orang. Mereka sering berkata “Nggak apa-apa kok” atau “Aku ikutin saja.” Meski terlihat tenang, sebenarnya mereka menekan perasaan sendiri demi menghindari konflik. Jika dibiarkan, tipe ini bisa kelelahan secara emosional.
Memahami empat jenis stress language ini membantu kita lebih empati, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Dengan mengenali cara stres diekspresikan, komunikasi bisa menjadi lebih sehat dan konflik pun dapat diminimalkan.



