
“Humblebrag” Istilah yang kembali viral di Tiktok: Pamer Terselubung yang Bikin Netizen Geleng-Geleng
Di era media sosial yang serba cepat, kreativitas netizen dalam memilih cara berkomunikasi semakin beragam. Salah satu istilah yang kembali viral di TikTok adalah “humblebrag” atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “pamer terselubung”. Meski bukan istilah baru, fenomena ini kembali ramai dibicarakan setelah banyak konten yang menyoroti bagaimana orang sering memamerkan pencapaian atau kekayaan mereka, tapi dengan cara yang “seolah-olah” rendah hati.
Tapi, sebenarnya apa itu humblebrag? Kenapa tren ini bisa kembali viral? Dan kenapa netizen ada yang merasa geli tapi juga terganggu? Yuk, kita kupas lebih dalam!
Apa Itu Humblebrag?
Istilah humblebrag pertama kali diperkenalkan oleh komedian Harris Wittels pada tahun 2010 lewat akun Twitter miliknya. Humblebrag menggabungkan dua kata, “humble” (rendah hati) dan “brag” (pamer), yang merujuk pada perilaku pamer tapi dibalut dengan kerendahan hati atau keluhan ringan.
Contoh klasik humblebrag biasanya terdengar seperti ini:
- “Aduh, capek banget deh habis keliling Eropa sebulan penuh. Padahal pengen liburan yang santai aja ”
- “Nggak nyangka banget sih bisa dapet penghargaan ini. Padahal aku cuma coba-coba doang ”
- “Gimana ya, susah banget cari baju yang pas karena badan aku kurus banget ”
Di permukaan, kalimat-kalimat ini terdengar seperti keluhan atau kerendahan hati. Tapi kalau diperhatikan lebih jeli, ada unsur pamer di dalamnya — tentang liburan mewah, prestasi, atau bentuk tubuh yang dianggap ideal.
Kenapa Humblebrag Viral Lagi di TikTok?
TikTok, sebagai platform yang kaya akan konten kreatif, menjadi ladang subur bagi tren-tren seperti humblebrag. Fenomena ini kembali ramai setelah banyak kreator membuat konten dengan tagar #humblebrag atau #humblebragging, membongkar contoh-contoh pamer terselubung yang sering ditemui di media sosial.
Beberapa alasan kenapa humblebrag kembali viral:
- Media Sosial = Panggung Eksistensi
Di era digital, media sosial jadi tempat banyak orang menunjukkan sisi terbaik diri mereka. Tapi, pamer secara terang-terangan kadang dianggap norak atau terlalu narsis. Nah, humblebrag jadi “jalan tengah” buat pamer tanpa kelihatan terlalu sombong. - Konten Satir dan Meme
Banyak kreator TikTok membuat konten lucu atau satir tentang humblebrag, mulai dari sketsa hingga narasi dramatis yang bikin penonton merasa, “Eh, ini kan temen gue banget!” atau bahkan, “Duh, aku juga pernah kayak gini.” - Efek Relatable dan Cringe
Orang-orang suka hal yang relatable, tapi humblebrag kadang juga bikin orang merasa “cringe” (malu campur geli). Perasaan campur aduk ini membuat konten tentang humblebrag mudah viral karena memicu reaksi emosional.
Kenapa Orang Suka Melakukan Humblebrag?
Mungkin tanpa sadar, kita semua pernah humblebrag. Ada beberapa alasan kenapa orang suka melakukannya:
- Ingin Pamer Tapi Takut Dinilai Sombong
Media sosial membuat orang ingin menunjukkan pencapaian atau kekayaan, tapi tetap ingin terlihat rendah hati. Humblebrag jadi cara “aman” buat tetap pamer tanpa terlihat arogan. - Validasi Sosial
Banyak orang menggunakan humblebrag untuk mendapatkan pengakuan atau pujian tanpa harus terlihat mencari perhatian. Respon seperti “Wow, kamu keren banget!” atau “Wajar kok kamu menang, kamu emang berbakat” jadi tujuannya. - Tekanan Sosial Media
Di era “like” dan “followers”, ada tekanan untuk selalu terlihat sukses, bahagia, dan punya hidup ideal. Humblebrag jadi salah satu strategi untuk memenuhi standar ini.
Kenapa Humblebrag Bisa Bikin Orang Ilfeel?
Walaupun terkesan “halus”, humblebrag justru sering membuat orang ilfeel (ilmu-feeling alias merasa risih). Beberapa studi psikologi bahkan menunjukkan bahwa humblebrag sering dianggap lebih tidak disukai dibandingkan pamer terang-terangan. Kenapa?
- Terlihat Tidak Tulus
Orang lebih menghargai kejujuran. Kalau mau pamer, ya pamer aja. Tapi saat seseorang mencoba menyembunyikan niat pamer di balik kerendahan hati palsu, itu terasa manipulatif. - Membuat Orang Merasa Dibandingkan
Humblebrag kadang membuat audiens merasa dibandingkan atau “direndahkan secara halus,” meskipun si pelaku mungkin tidak bermaksud demikian. - Mengundang Kritikan dan Sindiran
Netizen zaman sekarang makin jeli. Mereka bisa dengan cepat membedakan mana pujian tulus dan mana pamer terselubung. Konten humblebrag sering jadi sasaran sindiran atau bahkan di-parodikan.
Tips Menghindari Humblebrag di Media Sosial
Kalau kamu tipe yang suka update kehidupan di media sosial tapi nggak mau terjebak dalam humblebragging, coba ikuti beberapa tips ini:
- Jujur dan Tulus
Kalau ingin membagikan pencapaian, lakukan dengan jujur tanpa perlu menyamarkannya. Orang lebih menghargai kejujuran daripada basa-basi. - Fokus pada Cerita, Bukan Cuma Hasil
Alih-alih cuma pamer hasil akhir, ceritakan prosesnya. Misalnya, “Setelah berbulan-bulan belajar dan gagal berkali-kali, akhirnya aku berhasil dapet sertifikasi ini! Seneng banget!” Ini membuat cerita lebih relatable dan inspiratif. - Kurangi Kalimat ‘Seolah Merendah’
Hindari frasa seperti “Cuma iseng aja sih, eh malah menang” atau “Aku nggak seberapa pinter, tapi kok ya dapet penghargaan ya?” Kalimat seperti ini sering dianggap tidak tulus.
Humblebrag mungkin terlihat sebagai cara aman untuk berbagi pencapaian tanpa terlihat sombong, tapi sebenarnya bisa jadi bumerang. Di era media sosial yang penuh kesadaran akan komunikasi dan psikologi sosial, audiens makin peka terhadap niat terselubung di balik setiap postingan.
Jadi, apakah kamu termasuk yang pernah humblebrag tanpa sadar? Atau justru sering merasa geli pas baca postingan yang “pura-pura rendah hati” tapi ujung-ujungnya pamer?
Yang jelas, nggak ada salahnya memberikan hal positif di media sosial. Tapi, lakukan dengan tulus dan jujur. Karena pada akhirnya, netizen lebih suka kejujuran ketimbang kemasan yang terlalu dibuat-buat.